Rabu, 10 April 2013

Proses Pembelajaran di RPH Rendang KPH Bali Timur



Oleh : Ir. Jamal Husni, MM

Pada hari Rabu, tanggal 10 April 2013 Rombongan Diklat Calon KKPH Angkatan III Fase II melanjutkan praktek di Kabupaten Karang Asem.  Tepatnya kegiatan dilaksanakan di RPH Rendang KPH Bali Timur.  Adapun objek yang akan di lihat adalah pengeolaan Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) Penyadapan Getah Pinus, Pengelolaan Hutan bersama masyarakat dalam mekanisme Hutan Desa dan Wisata Religius di Pura Besakih.



Penyadapan Getah Pinus
Kegiatan penyadapan Getah Pinus di KPH Bali Timur di laksanakan oleh Perum Perhutani KPH Banyuwangi Selatan.  Dalam pelaksanaannya dilakukan perjanjian kerjasama antara Perum Perhutani dengan Dinas Kehutanan Propinsi Bali.  Beberapa poin penting yang menjadi perjanjian adalah
  1. Metode penyadapan harus menggunakan system bor, dan tidak boleh menggunakan system kuare.
  2. Perum perhutani dalam penyadapan harus melibatkan masyarakat sekitar kawasan hutan tersebut.
  3. Memberikan kompensasi kepada Dinas Kehutanan dalam bentuk PAD propinsi Bali sebanyak Rp. 1000/kg.

Perum Perhutani membayar jasa penyadapan kepada masyarakat adalah sebesar Rp. 3.500/kg.  Dari hasil pantauan di lapangan ditemukan bahwa masing-masing orang yang melakukan penyadapan mendapatkan pohon sebanyak lebih kurang 400 batang.

Dalam penyadapan, dengan system bor ini, pada setiap lubang akan dapat di keluarkan getah pinus sebanyak 8 gr.  Pada masing-masing pohon terdapat lebih kurang 4 lubang bor.  Sehingga penghasilan seorang kelompok tani dalam 1 bulan adalah (4 lubang/batang  x 9 gr/lubang/hari  x 400 batang x 30 hari Rp. 3.500/kg = 1.500.000).  Kegiatan penyadapan getah pinus pada areal ini juga di laksanakan sambilan, artinya mereka sambil mengambil rumput gajah, mereka melakukan penyadapan getah pinus.  Dengan adanya penyadapan getah pinus, maka areal KPH dapat dipelihara oleh masyarakat dengan baik.

Beberapa keuntungan dengan menggunakan sistem Bor ini adalah :
  1. Minyak yang dihasilkan relatif bersih, bahkan berdasarkan hasil penelitian, getah pinus dari Rendang ini termasuk kualitas 1
  2. Kerusakan yang ditimbulkan dengan pengeboran sangat cepat pulih, sehingga dalam waktu 4 - 6 bulan, bekas lubang bor sudah menutup kembali.
  3. Teknologi sederhana, tidak terlalu sulit, dan hasilnya tidak berbeda nyata dengan sistem kuare.
  4. Pohon relatih tidak "tersakiti".
Setelah melihat sistem Bor ini, saya berfikir bagaimana supaya sistem ini dapat di adopsi di tempat saya, yang saat ini masih menggunakan sistem kuare, sehingga pohon sangat tersakiti, bahkan tidak jarang yang roboh dan mati sedang berdiri.


Hutan Desa
Rencana hutan desa yang akan dikembangkan oleh KPH Bali Timur seluas 1.000 Ha.  Yang nantinya akan melibatkan masyarakat di sekitar kawasan terutama dalam pengelolaan rumput gajah untuk peternak sapi. 
Hasil kunjungan lapangan yang kami lakukan di temukan :
  1. Masing-masing KK di Daerah Dusun Pule Desa Pempatan memiliki ternak antara 5 – 10 ekor sapi.
  2. Masing-masing peternak melakukan penanaman rumput di dalam kawasan hutan KPH
  3. Belum ada pengaturan yang serius oleh KPH dalam penanganan mereka.
  4. Masyarakat merasa, bahwa dengan penanaman yang mereka lakukan di dalam kawasan ikut menjaga kelestarian hutan
  5. Masyarakat mengetahui bahwa mereka melakukan penanaman secara illegal, dan mereka cukup antusias agar aktivitas mereka di legalkan.
  6. Mereka mau di atur sepanjang sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan mereka tidak dirugikan dalam pengaturan tersebut.


Wisata Religius
Rombongan melanjutkan perjalanan ke Pura tertua di Pulau Bali yaitu Pura Besakih.  Kami tidak dapat masuk ke dalam Pura, karena pada saat kunjungan sedang dilaksanakan peringatan hari jadinya Pura tersebut, sehingga pengunjung cukup ramai untuk melakukan sembahyang dalam agama Hindu.

Melihat letak Pura tersebut, sepertinya di dalam kawasan hutan.  Kalau memang dalam kawasan hutan, maka pihak KPH seharusnya melakukan langkah-langkah menjadi lokasi tersebut Kawasan Hutan dengan Tujuan Khusus, mengingat Pura ini sudah ada sebelum Negara ini ada.

Wisata Taman Safari
Selesai berkeliling di Kabupaten Karang Asem, maka rombongan kembali ke Denpasar, dan singgah di Taman Safari Bali.  Taman ini luasnya lebih kurang 40 Ha, dengan terdapat lebih kurang 60 spesies langka yang ada di dunia.  Kami mengikuti rute dengan menggunakan bus pengelola Taman Safari, dimana kami berkunjung ke hewan/binatang khas Indonesia seperti Gajah, rusa, kijang dan kambing, Orang Hutan,  selanjutnya kami masuk ke daerah kawasan Asia, diaman di dalamnya terdapat binatang dari India, seperti kijang, rusa, harimau, singa.  Selanjutnya kami masuk kawasan afrika, disana kami melihat unta, rusa, singa, kuda nill, jerapah, zebra dsb.

Selesai kunjungan dengan Bis, kami melanjutkan jalan kaki ke lokasi perikanan.  Disana kami melihat banyak model-model ikan, diantaranya ada ikan piranha, dan beberapa jenis ikan lainnya.

Yang tidak kalah menariknya adalah disediakan sebuah tempat khusus untuk berphoto dengan Singa.  Walaupun singa tersebut kelihat sangat jinak, akan tetapi tidak ada satu orangpun dari anggota rombongan yang berani berfoto dengan Singat tersebut.

Wisata Kuliner
Selesai berkeliling, rombongan melanjutkan perjalanan wisa oleh-oleh khas Bali, yaitu ke Toko Krisna, yang menyediakan berbagai macam oleh-oleh khas Bali mulai dari makanan, kalung, gelang dan segala permainan anak-anak serta tidak terlupa pakaian dengan berbagai ukuran dan beraneka jenis.

Harganya lumayan murah untuk ukuran wisata, walaupun murah, tidak sadar masing-masing rombongan akhirnya mengeluarkan konceknya tidak kurang dari Rp 100.000 – 500.000 setiap orang.  Ada yang membeli baju untuk anak, mainan anak, dan tidak lupa oleh-oleh untu istri tercinta, maklum pelatihan ini meninggalkan istri lebih kurang 2 bulan lamanya, harus ada surprise yang di bawa pulang dari perantauan pendek ini.

Penutup
Dari hasil kunjungan lapang hari ini dapat diambil beberapa pelajaran penting :
  1. Antusiasme masyarakat dalam mengelola hutan, harus segera ditindak lanjuti dengan kebijakan nyata yaitu upaya legalisasi mereka di dalam kawasan, apakah dalam bentuk HKM maupun dalam bentuk hutan Desa.
  2. Dengan mekanisme pelibatan masyarakat dalam kawasan ini, maka akan memberikan manfaat yang besar bagi KPH dalam pengawasan dan pengelolaan hutan.
  3. Mengingat hasil getah ini cukup bagus, maka sebaiknya KPH Bali Timur melakukan langkah-langkah yang pasti, sehingga hasil penngelollan getah pinus ini memberikan manfaat yang luar biasa bagi Pemda, bukan hanya dalam bentuk sumbangan pihak ketiga.
  4. Sudah waktunya melakukan organizing dan actuating, tidak perlu lagi berwacana, kondisinya sudah jelas, hanya tinggal action saja, maka semua cita-citanya akan menjadi kenyataan.
  5. Keberadaan pura di tengah kawasan harus segera di selesaikan, sehingga KPH tidak di salahkan di masa depan jika terjadi sesuatu yang tidak diinginkan.
  6. Sistem Bor dapat menjadi salah satu acuan dalam penyadapan getah pinus di berbagai daerah yang ada di Indonesia.



1 komentar:

Teras Bulian mengatakan...

Lanjutkan; menulis tergantung segment pasar (populis;reportase; dan ilmiah. Redaksi berbeda; yang penting kalimat lengkap; SPOK. Secara spesifik; dekriptif yang sampean tulis sudAH BAGUS. Tinggalkan penghalusan dan kalimat efektif. Setiap substansi; perlu diexplore lebih detil....
Selamat dan Sukses