Rabu, 12 Desember 2018

Sekolah Lapang Penyuluh Kehutanan di LPHN Taram

Oleh : Jamal Husni
Calon Penyuluh Kehutanan


Pada tanggal 10-12 Desember 2018 bertempat di Nagari Taram tepatnya di LPHN Taram dilangsungkan  kegiatan Sekolah Lapang Penyuluh Kehutanan se Sumatera Barat yang di hadiri perwakilan penyuluh dari Solok Selatan, Pasaman, Pariaman, Agam dan Lima Puluh Kota yang berjumlah 20 orang.

Kegiatan ini di buka oleh Kabid yang membidangi penyuluhan Kehutanan bapak Yonevis SH,  MM.   Beliau mengingatkan pentingnya acara ini, disamping media untuk belajar mencari inspirasi, inovasi dan dapat menumbuhkan kreativitas para penyuluh dalam mensosialiasikan Perhutanan Sosial juga sebagai media rekreasi, karena kegiatan dilaksanakab dekat objek wisata Taram.

Sumbar sudah memiliki izin perhutanan sosial yang cukup banyak, baik berupa Hutan Kemasyarakatan maupun Hutan Desa.  Sekarang para penyuluh harus memikirkan apa yang akan dilakukan setelah izin PS ini keluar.

Menurut ketua LPHN Taram bapak Hardedi bahwa LPHN  merupakan PS yang ada di Nagari Taram,  dibentuk untuk menjawab permasalahan yang terjadi di lapangan, dimana masyarakat sudah berusaha dan tinggal di dalam kawasan hutan Lindung.
Sebagai sebuah LpHN belum banyak kegiatan yang dilakukan, mereka masih melakukan kegiatan sebagai sebuah kelompok tani hutan yang ada di LPHN.
Kegiatan yang sedang mereka usahakan adalah budidaya dan pengolahan serai wangi.

Dari pelajaran dilapangan ada beberapa persoalan yang ditemukan:
1. Kurang terpeliharanya pangkal batang serai setelah di paneb,  hal ini tampak di bekas bekas panen masih banyak sisa daun yang mati sehingga hal itu akan menghambat pertumbuhan tunas atau anakan baru.
2. Rendahnya rendemen hasil penyulingan,  hal di buktikan dalam 1 ton daun hanya menghasilkan 5-6 kg minyak serai, pada hal berdasarkan informasi di tempat lain bisa menghasilkan sampai 10 kg minyak.
3. Daun sisa penyulingan belum termanfaatkan,  bahkan menumpuk di sekitar penyulingan, hal ini sangat membahayakan kalau terjamah api.  Oleh karena itu harus dicarikan alternatif pengolahan sisa penyulingan seperti pengomposan atau untuk makanan ternak.

Diharapkan dari sekolah lapang ini tumbuh kreativitas dan inovasi dari penyuluh di tempat kerjanya masing masing.
Terima kasih.

Jumat, 07 Desember 2018

Apa lagi setelah 212

212 di Jakarta kemaren ini suatu yang sangat fenomenal.  Belum pernah ada seorang pun di dunia ini semenjak dunia ini ada yang mampu mengumpulkan orang sebanyak itu.
Mereka berkumpul dalam rangka membela agama mereka terutama mereka membela bendera tauhid yang di nistakan oleh sebuah organisasi yang telah menyimpang dari ajaranya.
Ternyata dakwah yang dilakukan selama ini telah membuahkan hasil,  makar orang orang kafir dan antek anteknya tidak mampu membendung laju dakwah.  Hari ini bendera tauhid yaitu al liwa dan ar Raya yang selama ini di bawa oleh HTI dalam   setiap  aksinya,  sekarang   telah kembali kepada pemiliknya yaitu kaum muslimin.
Pekerjaan kita tinggal selangkah lagi,  bagaimana kita memahamkan kepada umat,  bahwa  Khilafah  ini  adalah milik mereka.  Orang orang kafir dan antek anteknya akan berusaha untuk menghambatnya,  namun yakinlah bahwa umat cepat atau lambat akan mengambil  kembali milik  nya yaitu Khilafah .
Ayo bersegera ..
Khilafah sudah di depan mata kita.