Oleh : Jamal Husni
Pada hari ini Selasa tanggal 9 April 2013, kami para peserta
Pendidikan dan Pelatihan Calon Kepala Kesatuan Pengelolaan Hutan Angkatan III
Fase II melakukan perjalanan menuju KPH Bali Timur yang terletak di Kabupaten
Bangli. Jarak Kantor KPH Bali Timur di
Kintamani dengan Kota Denpasar lebih 80 – 100 km yang dapat ditempuh selama
lebih kurang 2 jam perjalan jika tidak ada kemacetan.
Sesampai di kawasan Gunung Batur, kami
berhenti di Rumah Makan Suling Bali, para peserta semua sibuk mencari toilet,
maklum sudah pada penuh. Di sana kita
disuguhi dengan tawaran oleh-oleh khas Bali berupa baju, dengan berbagai macam
tawaran, mulai dari 5 buah 100 ribu sampai akhirnya di jual 10 lebar 100 ribu
rupiah. Sebagian teman-teman mereka
membeli atas berbagai alas an, ada yang beralasan kasihan, memang butuh untuk
oleh-oleh dan ada yang terus menekan harga sehingga dia dapat membeli dengan
harga murah. Waktu itu saya berfikir
sudah sampai di Lokasi, ternyata rombongan masih melanjutkan perjalanan lebih
kurang 5 km lagi sehingga kita sampai di Kantor KPH Bali Timur.
KPH Bali Timur
Di Kantor KPH kami disambut
dengan makanan ringan seperti goring pisang, lepat Nagasari, lepat ketan, dan
tidak lupa kacang-kacangan, disertai dengan Kopi dan The Panas. Acara dilanjutkan dengan pertemuan dengan
Kepala KPH Bali Timur Bapak Ir. Abdul Muthalib.
Beliau merupakan peserta Diklat Calon KKPH Angkatan II yang telah
memberanikan dirinya dan tempat kerjanya sebagai lokasi praktek bagi adik
tingkatnya.
Bapak Abdul Muthalib menjelaskan sejarah pendirian KPH Bali Timur yang sudah di rintis semenjak Tahun 2002, kemudian menjadi organisasi sesuai dengan Perda Propinsi Bali No. 2 Tahun 2008, dibentuk sebagai UPTD di bawah Dinas Kehutanan Propinsi Bali. Beliau menjelaskan banyak sekali potensi yang ada di KPH Bali Timur ini terutama sekali Potensi Jasa Lingkungan (Wisata Alam, Air Panas, Danau Batur, Wisata Religi), juga ada potensi pemungutan Getah Pinus, yang saat ini masih di tangani secara operasional oleh Perum Perhutani.
Selesai makan siang, kami yang muslim pergi melaksanakan shalat Zuhur di Mesjid Al Muhajirin (saya bersyukur di tengah masyarakat Bali yang beragama Hindu masih terdapat sebuah mesjid). Mesjid ini cukup bagus dengan diseain dan arsitektur yang bagus, rapih dan bersih serta juga memiliki view yang cukup bagus membelakangi kaldera Gunung Batur, yang terdapat dua kawah Gunung Api Batur dan Danau Batur.
Museum Vulkanologi
Perjalanan kemudian kami
lanjutkan ke Museun Vulkanologi Gunung Batur.
Museum ini merupakan milik Kementerian ESDM republik Indonesia. Di sana kami disambut oleh pengelola museum
dan mendapat penjelasan apa aktivitas yang di lakukan di Museum tersebut,
termasuk sejarah Gunung Berapi terutama Gunung Batur. Tidak lupa kami di suguhi tontonan sejarah Gunung
Batur di Bioskop yang terdapat di museum tersebut.
Dari melihat film tersebut, maka kita akan
dapat mengetahui bagaimana sejarah terjadinya Kaldera Gunung Batur ini. Dahulunya Gunung Batur Purba merupakan Gunung
yang cukup tinggi dengan ketinggian lebih dari 3000 m dpl, akan tetapi setelah
meletus pada 20.300 tahun yang lalu maka terbentuk kaldera yang cukup luas
dengan diameter panjang lebih kurang 13 km dan diameter pendek lebih kurang 8
km. Kemudian sekitar 20.150 tahun yang
lalu juga terjadi letusan ulang, yang berakibat terbentuk kaldera kedua yaitu
kaldera yang terdapat di dalam kaldera yang pertama dengan diameter lebih kurang
7 km, kemudian selanjutnya terbentuk Danau Batur yang panjang lebih kurang 7
km. Akibat letusan tersebut, saat ini
Gunung Batur hanya memiliki ketinggian lebih kurang 1.700 m dpl.
Dengan adanya letusan tersebut,
maka saat ini terbentuk bentang alam yang sangat indah dan menjadi minat para
wisatawan baik domestic maupun manca Negara.
Rehabilitasi Hutan dan Lahan
Rehabilitasi Hutan dan Lahan yang
terdapat di Kaldera Gunung Batur, tepatnya di pinggir Danau Batur. Daerah rehabilitasi tersebut merupakan
Kawasan Konservasi, yang penuh dengan bebatuan bekas letusan gunung Batur pada
Tahun 1964. Ketika kami melihat lokasi
RHL tersebut, memang perlu kerja ekstra untuk dapat menghasilkan tumbuhan yang
baik dengan tingkat pertumbuhan yang baik.
Lokasi RHL ini merupakan lokasi yang hampir dikatakan tidak memiliki
solum, sehingga kalau kita akan menanam, harus di datang tanah dari luar,
sehingga penanganannya perlu manajemen dan pembiayaan tersediri/khusus yang
berbeda dengan manajemen RHL pada umumnya.
Disamping itu perlu dilakukan penanaman jenis-jenis tanaman pionir,
seperti Pinus, akasia, dan sebagainya yang dapat bertahan hidup dalam kondisi
tanah yang sangat ekstrim.
Sumber Mata Air Panas
Di KPH Bali Timur, tepat di
Kaldera Gunung Batur, dipinggir Danau Batur terdapat juga sumber air panas,
yang sudah di kelola oleh masyarakat adat.
Sumber air panas tersebut sudah di kelola dengan baik, dimana terdapat
beberapa kolam pemandian dengan air yang sangat jernih, dan panasnya tidak
terlalu, sehingga ketika kita mau mandi bisa langsung masuk ke dalamnya. Di areal ini terdapat 4 kolam pemandian
dengan ukuran sedang. Sehingga kalau
hari hujan, sepertinya sangat enak untuk mandi, akan tetapi saying, kami tidak
dapat mandi, karena waktunya sangat terbatas.
Mudah-mudahan di lain waktu dapat mandi di sana.
Kamping Ground
Perjalanan kami lanjutkan ke lokasi
kamping ground yang dikelola oleh Desa adat di Desa Baliwoso. Menuju lokasi kami sempat tersesat atau
nyasar menuju lokasi, karena memang lokasi tersembunyi di dalam kampong yang
cukup terpencil. Di sana dengan luas
lahan hanya 1,2 ha, mereka sulap menjadi lokasi kamping dengan menyediakan
tenda berbagai ukuran yang dapat diisi dengan orang sebanyak 6 – 10 orang. Dan setiap orang yang menginap di sana dalam
bentuk paket kegiatan, akan dikenakan biaya sekitar Rp.
600.000/orang/hari. Dengan
fasilitas makan 3 kali, mengunjungi
traking wisata alam, melihat kerajinan bamboo, pokoknya bersahabat dengan alam.
Walaupun letaknya di pelosok, namun
lokasi tersebut katanya cukup di kenal di Manca Negara, dengan bukti di sana
pernah di adakan konfrensi yang dihadiri oleh 18 negara di dunia. Ternyata dengan kehandalan dan manajemen yang
professional, sekecil apapun yang kita miliki dapat menghasilkan sesuatu yang
berharga.
Kerajinan bambu
Perjalanan kami hari ini di tutup
dengan mengunjugi kerajinan bambu di desa Kayubihi, kami disuguhi dengan
berbagai macam kerajian bambu. Yang
terbanyak dari hasil produksi mereka adalah penghias/semacam angklung yang
dapat di letakkan di depan rumah, dan ketika diterpa angin akan mengeluarkan
bunyi yang beraneka ragam. Bahan baku
bambu yang digunakan adalah jenis bambu hati.
Mereka menggunakan bambu tersebut karena beberapa alas an diantaranya :
bambu tersebut termasuk bambu yang memiliki kualitas paling bagus, tahan rayap
dan tidak mudah pecah serta gampang untuk di olah.
Yang sangat menakjubkan bagi saya
adalah, hasil kerajian tangan mereka yang hampir semuanya manual, diekspor ke
Amerika. Saya tidak habis piker,
ternyata tempat produksi hari ini tidak menjadi bahan acuan, karena kita sudahh
dapat menjual kemana saja yang kita mau dan kita bisa tahu dimana saja pasar
yang meminta hasil kerajinan kita. Merek
dagang yang mereka gunakan adalah LIVINGOUT.
Penutup
Hasil perjalanan yang melelahkan
hari ini dapat memberikan pelajaran yang berharga bagi saya diantaranya :
1. Allah swt. Telah memberikan alam yang sangat indah dan kaya
kepada umat manusia, tinggal manusia mau mensyukuri nikmat tersebut atau tidak.
2. Salah satu wujud syukur tersebut adalah dengan memanfaatkan
sebaik-baiknya pemberian Allah tersebut, dengan tetap memperhatikan
kelestariannya.
3. Kita sebagai manusia senantiasa dituntut untuk kreatif dan
senantiasa mencari jalan keluar dari setiap kesulitan yang kita temui.
4. Tempat/lokasi, ternyata bukanlah sebagai penentu, akan tetapi
PROMOSILAH yang sangat menentukan setiap aktivitas.
Supaya kita berhasil dalam
membangun KPH, maka promosi menjadi salah satu kunci yang sangat mutlak
diperlukan.
1 komentar:
Terimakasih atas info nya Pak ...
Posting Komentar